Minggu, 11 April 2010

Ishak atau Ismael ? (part 1)

FajarYehuda,
11 April 2010
Ishak atau Ismael? (Part 1)

DAFTAR ISI:
I. Ismael atau Ishak yang diusir?
II. Hagar dan Ismael.
III. Siapakah yang akan disembelih Abraham?
IV. Alkitab atau Alquran?

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

I. ISMAEL ATAU ISHAK YANG DIUSIR ?

Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti dan sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.
(Kejadian 21: 14b, Alkitab terjemahan LAI TB 1974)


Dalam Kejadian 21: 8-22, Alkitab menyatakan dengan tegas bahwa Hagar dan Ismael diusir oleh Abraham namun agaknya umat Muslim menganggap bahwa yang diusir bukanlah Ismael tetapi Ishak. Alkitab menyatakan bahwa Ismael dilahirkan oleh Hagar (hamba Sarai) ketika Abraham berumur 86 tahun akan tetapi tiga belas tahun kemudian, Allah malah menjanjikan Abraham seorang anak laki-laki yang akan dilahirkan oleh Sarai, isterinya ketika Abraham berumur 100 tahun. Anak perjanjian itu bernama Ishak.

Dalam Kejadian 16: 1-4, menyebutkan bahwa Sarai, isteri Abraham tidak dapat memiliki anak (mandul) tetapi Sarai berharap bahwa melalui hambanya yang adalah seorang Mesir, yang bernama Hagar, ia dapat memperoleh keturunan. Itulah sebabnya Sarai memberikan hambanya itu kepada Abraham untuk menjadi isterinya dan memperoleh keturunan. Tidak dapat melahirkan anak (mandul) merupakan nasib sial yang paling buruk bagi seorang isteri Ibrani / Yahudi (1 Sam. 1:10-12). Anjuran Sarai supaya Abraham mengambil Hagar sebagai selir adalah sesuai hukum perundang-undangan dan perjanjian perkawinan pada masa itu. Perjanjian perkawinan ini kadang-kadang menentukan, bahwa seorang isteri yang mandul harus mendapatkan seorang hamba perempuan bagi suaminya. Kadang-kadang seorang isteri menerima seorang hamba perempuan pribadi sebagai hadiah perkawinan (bnd Kej. 29:29 dan 30:3).Segala hak resmi atas anak dari hamba ini dipegang oleh permaisuri.


KESOMBONGAN HAGAR

Hagar adalah hamba dan Sarai adalah tuannya, jadi Sarai memiliki otoritas penuh atas diri Hagar. “…Lalu memberikannya [hagar] kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya”(Kej. 16:3). Secara tidak langsung, status Hagar yang tadinya adalah hamba (maid) naik menjadi isteri (wife) dengan adanya otoritas Sarai sebagai isteri Abraham.

“….Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.” (Kej.16: 4). Sebenarnya, inilah yang menjadi titik kejatuhan Hagar. Ia memandang rendah Sarai (KJV, despise = memandang hina). Hagar yang tadinya seorang hamba meninggikan dirinya terhadap Sarai yang mandul. Hagar memandang hina Sarai. Hukum-hukum yang mengatur pola pengaturan ini dengan tepat menjelaskan kejadian yang diuraikan di dalam ayat 4 ini yaitu dengan memperkenankan sang permaisuri mengembalikan hamba itu kepada kedudukannya yang lama tetapi melarang untuk menjualnya. “…Penghinaan yang ku terima ini adalah tanggung jawabmu (Kej.16: 5). Terjemahan harafiah dari ayat tersebut adalah “ketidakadilanku atas kamu”. Sarai menuntut kepada Abraham untuk merebut hak-haknya yang sah. Adalah tanggung jawab Abraham untuk membetulkan kesalahan yang ada padanya. Hagar kita hormati, tetapi secara sah ia bersalah. Hagar telah meninggikan dirinya! Hagar telah menghina nyonyanya yang mandul!

Dalam Lukas 14: 11, Yesus Kristus menyatakan prinsip ini dengan sangat jelas: “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Ini adalah prinsip yang mutlak. Tidak ada pengecualian! JALAN UNTUK NAIK ADALAH TURUN. Itulah prinsip kerajaan Allah. Seperti dinyatakan dalam Amsal 18:12, “Kerendahan hati mendahului kehormatan.” (War in Heaven, hal.46 par.2-3). Hagar, hamba Sarai telah meninggikan dirinya terhadap nyonyanya, sampai akhirnya ia jatuh ke dalam penindasan, kesukaran dan keterasingan. Abraham adalah seorang saudagar yang kaya, mungkin Hagar berpikir bahwa kelak anaknya itu akan menjadi ahli waris tunggal Abraham dan ia menjadi nyonya tetapi kesombongannya menyebabkan kehancurannya sendiri.

Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. (Amsal 18: 12)

Dalam Kejadian 17: 15-19, Allah berfirman kepada Abraham bahwa Sarai [Sara] akan melahirkan seorang anak laki-laki, namun Abraham tertawa dan berkata dalam hatinya bahwa tidak mungkin bagi seorang suami yang berumur 100 tahun dan isterinya yang berumur 90 tahun untuk melahirkan seorang anak (ayat 17). Abraham meminta kepada Allah agar Ismael diperkenankan menjadi ahli warisnya namun Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Sarahlah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai ia Ishak dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia sebagai perjanjian yang kekal untuk keturunannya.”(ayat 19). Kesombongan menyebabkan Hagar jatuh dalam kesukaran dan yang paling fatal adalah anaknya, Ismael yang berumur 13 tahun saat itu, kelak tidak akan pernah menjadi ahli waris Abraham. Sebab Allah berkenan kepada Ishak yang akan lahir melalui rahim Sara tahun berikutnya.
Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. (Amsal 18: 12). Menurut saya, kelahiran Ishak dari rahim seorang perempuan yang mandul [Sara] adalah sebuah jawaban Allah atas kesombongan Hagar. Sebagai orang Kristen, kita juga harus waspada agar tidak jatuh ke dalam kesombongan.


II. HAGAR DAN ISMAEL.

Dalam Alkitab terjemahan LAI TB 1974 Kejadian 21:8-14 ditulis, “(8)Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. (9) Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. (10) Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” (11) Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. (12) Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. (13) Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.” (14) Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti dan sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.

Pada ayat 14, Alkitab LAI TB menulis …Abraham mengambil roti dan sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar. Umat Muslim menafsirkan bahwa anak yang bersama-sama dengan Hagar itu bukanlah Ismael, karena pada waktu Ismael sudah berumur sekitar 16 atau 17 tahun, menurut umat Muslim adalah mustahil bagi seorang wanita untuk menggendong anak laki-laki yang berumur sekitar 16 tahun.

Pesta penyapihan itu agaknya terjadi pada waktu Ishak berumur 2 atau 3 tahun dan Ismael kemungkinan berumur sekitar 16 tahun. Pada ayat 9 ditulis “Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri". Kalimat “sedang main” (Ibrani: sahaq) lebih tepat diterjemahkan menjadi ‘mengolok-olok’. Ismael menjadikan keluarga kerajaan menjadi bahan tertawaan pada kesempatan perjamuan besar. Paulus menafsirkan hal ini sebagai menganiaya anak perjanjian. Ismael, anak Hagar telah mengolok-olok Ishak.

Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar (ayat 14), Saya sependapat dengan umat Muslim yang menyatakan bahwa mustahil bagi Hagar untuk menggendong Ismael yang pada saat itu sudah berumur sekitar 16 tahun. Tetapi menurut saya adalah mustahil juga bagi Hagar untuk membawa seorang bayi beserta bekal berupa roti dan air diatas salah satu bahunya! Apakah tidak aneh apabila Abraham meletakkan bekal dan anak bayi bersama-sama dengan bekal air dan makanan di atas bahu seorang perempuan? Bahu? Lagipula pada peristiwa itu tidak ada kata “menggendong” ataupun “seorang bayi”.

Dibawah ini adalah ayat Kejadian 21: 14b yang dikutip dari beberapa terjemahan Alkitab bahasa Inggris, yaitu: Douay Rheims Bible (DRB), English Standard Version (ESV) dan King James Version (KJV):

1. (DRB) = “So Abraham rose up in the morning, and taking bread and a bottle of water, put it upon her shoulder, and delivered the boy, and sent her away. And she departed, and wandered in the wilderness of Bersabee.”
TERJEMAHAN HARAFIAHNYA: “Jadi Abraham bangkit pagi, dan mengambil roti dan sebotol air, meletakkannya di atas bahunya, dan disampaikan anak itu, dan menyuruhnya pergi.”

2. (ESV) = “So Abraham rose early in the morning and took bread and a skin of water and gave it to Hagar, putting it on her shoulder, along with the child, and sent her away. And she departed and wandered in the wilderness of Beersheba.”
TERJEMAHAN HARAFIAHNYA: “Jadi Abraham bangun pagi pagi dan mengambil roti dan kulit air dan memberikannya kepada Hagar, menaruhnya di bahunya, bersama dengan anak, dan menyuruhnya pergi”

3. (KJV) = “And Abraham rose up early in the morning, and took bread, and a bottle of water, and gave it unto Hagar, putting it on her shoulder, and the child, and sent her away: and she departed, and wandered in the wilderness of Beersheba.”
TERJEMAHAN HARAFIAHNYA: “Dan Abraham bangun pagi-pagi, dan mengambil roti, dan sebotol air, dan memberikannya kepada Hagar, meletakkan pada bahunya, dan anak, dan menyuruh dia: dan dia berangkat, dan mengembara di padang gurun Bersyeba.”

Berdasarkan keterangan Alkitab terjemahan bahasa Inggris diatas, kita dapat mengetahui bahwa Abraham meletakkan roti dan sekirbat air itu diatas bahu Hagar dan anaknya. Kalimat “Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar” (ayat 14) yang ditulis dalam Alkitab terjemahan LAI TB 1974 lebih tepat ditulis “Ia meletakkan itu di atas bahu Hagar, beserta anaknya.” Jadi, ternyata anggapan umat Muslim sangatlah keliru. Abraham ternyata memang mengusir Hagar dan Ismael. Dalam Alkitab terjemahan KJV (ayat 17, 18), anak yang menyertai Hagar itu disebut “lad” yang berarti young man (anak muda).

Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak (ayat 15). Hagar dan Ismael mengembara ditengah padang gurun Bersyeba, dan tampak dengan jelas bahwa Ismael mengalami dehidrasi tetapi ibunya masih mempunyai cukup tenaga. Ayat ini menyiratkan dengan jelas bahwa Ismael memberikan jatah airnya kepada ibunya. Ismael sekarat, ia tidak memiliki tenaga lagi untuk melangkah sehingga Hagar terpaksa dengan susah payah memapah anaknya, Ismael.

Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar (ayat 17). Ismael tergeletak tak berdaya di tengah padang gurun yang panas tetapi Allah mendengar kesusahan Hagar dan Ismael. Dalam Alkitab terjemahan KJV kata “anak” ditulis “lad” yang berarti young man (anak muda). lalu Allah menyuruh Hagar untuk mengangkat anak itu kemudian Allah menunjukan sebuah sumur kepada Hagar sehingga Ismael bisa minum dan memulihkan kekuatannya.

Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir (ayat 21). Hagar dan Ismael tinggal di padang gurun Paran (jazirah Sinai) setelah pengembaraannya di padang gurun Bersyeba. Rasul Paulus menjuluki Hagar sebagai gunung Sinai di tanah Arab (Galatia 4: 25).

Mengenai kedudukan Hagar dalam rumah tangga (lih. Kej.16:2). Menurut peraturan hukum, Ismael mempunyai hak atas bagian warisan, tapi Sara mau agar Ishak menjadi satu-satunya ahli waris. Hal ini dapat dibenarkan oleh hukum, sebab ada undang-undang yang menentukan bahwa anak dari seorang hamba dapat melepaskan hak warisannya dengan kebebasan sebagai gantinya. Kata “usirlah” berarti bahwa Sara akan memaksa mereka pergi dengan kebebasan. Dengan kata lain, perginya Ismael berarti batalnya hak Ismael sebagai ahli waris. Ishak menjadi ahli waris tunggal Abraham. Ishak menjadi anak tunggal (only son) Abraham, bapanya.

Dari pembahasan diatas kita dapat mempelajari dua hal, yaitu:
1. Kelahiran Ishak dari rahim Sara yang mandul adalah jawaban atas kesombongan Hagar, sekaligus pengenapan nubuat yang telah Allah nyatakan kepada Abraham mengenai Sara.
2. Hak Ishak sebagai ahli waris tunggal Abraham adalah jawaban atas prilaku Ismael yang telah mengolok-olok Ishak dalam pesta besar keluarga.

“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 14: 11)


III. SIAPAKAH YANG INGIN DISEMBELIH ABRAHAM ?

Umat Muslim sekali lagi menganggap bahwa “anak tunggal” dalam Kejadian 22: 2 berarti adalah Ismael bukannya Ishak. Yang perlu kita ketahui adalah istilah anak tunggal muncul pertama kali dalam Kejadian 22: 2, yaitu ketika Allah ingin menguji iman Abraham.

Firman-Nya: “Ambilah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
(Kejadian 22:2)

Alkitab mencatat dengan sangat jelas bahwa Ishaklah anak tunggal yang dimaksud. Dan peristiwa itu terjadi jauh setelah pengusiran Hagar dan Ismael. Alkitab terjemahan KJV menulis, Take now thy son, thine only son Isaac, whom thou lovest. Pengertian “anak tunggal” berarti only son (anak satu-satunya). Menurut peraturan hukum, Ismael mempunyai hak atas bagian warisan, tapi Sara mau agar Ishak menjadi satu-satunya ahli waris. Hal ini dapat dibenarkan oleh hukum, sebab ada undang-undang yang menentukan bahwa anak dari seorang hamba dapat melepaskan hak warisannya dengan kebebasan sebagai gantinya. Kata “usirlah” berarti bahwa Sara akan memaksa mereka pergi dengan kebebasan. Dengan kata lain, perginya Ismael berarti batalnya hak Ismael sebagai ahli waris. Ishak menjadi ahli waris tunggal Abraham. Ishak menjadi anak tunggal (only son) Abraham, bapanya.

Umat Muslim bertanya “Bukankah Ismael adalah anak sulung Abraham? Berarti istilah anak tunggal itu mengacu pada Ismael yang merupakan anak sulung” Kebanyakan umat Muslim menganggap bahwa istilah ‘anak tunggal’ sama artinya dengan ‘anak sulung’. Anggapan ini sangatlah keliru sebab pengertian “anak sulung” berarti first born (yang lahir pertama kali). Pengertian ‘only son’ tidak sama dengan ‘first born’ !

Umat Muslim kembali bertanya, bukankah sebelum Ishak lahir, Ismael juga dapat disebut sebagai anak tunggal Abraham? Ya, tanpa mempersoalkan siapa ibunya, Ismael memang sempat menjadi anak tunggal Abraham tetapi itu hanya berlangsung selama 14 tahun saja. Setelah Ishak lahir, Ismael tidak dapat dikatakan sebagai anak tunggal. Jadi perintah Allah kepada Abraham untuk menyembelih anak tunggalnya dalam Kej. 22:2 bukan merujuk pada Ismael yang pernah menjadi anak tunggal selama 14 tahun, lagipula Ismael sudah diusir keluar, jadi Ismael tidak dapat dikatakan sebagai anak tunggal Abraham setelah Ishak lahir, tetapi dapat dikatakan sebagai anak sulung Abraham. Tetapi yang pasti adalah istilah ‘anak tunggal’ pertama kali digunakan untuk mengacu kepada Ishak saja (Kej.22:2).

Dengan mempersoalkan asal ibu kandungnya, mungkin umat Muslim kembali akan bertanya, “Bukankah Ismael adalah anak tunggal Abraham dari Hagar dan Bukankah Ishak dapat juga disebut anak tunggal Abraham dari Sara?” Dalam Amsal 4: 3, Salomo berkata, “Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku”. Salomo menyatakan dirinya sebagai anak tunggal dari ibunya (Batsyeba), jadi pernyataan umat Muslim adalah benar, sebab dengan mempersoalkan asal ibu kandungnya, Ismael dapat dikatakan sebagai anak tunggal Hagar sedangkan Ishak sebagai anak tunggal Sara. Tetapi masalahnya adalah siapakah yang disebut sebagai ahli waris tunggal Abraham? Siapakah anak satu-satunya yang masih tinggal bersama-sama Abraham setelah Ismael diusir? Ismael memang anak sulung Abraham dan juga merupakan anak tunggal bagi Hagar, ibunya. Tetapi dengan diusirnya Hagar dan Ismael, hak ahli waris dan istilah ‘anak tunggal’ Abraham menunjuk pada Ishak. Sebab Sara dan Ishak tetap tinggal bersama-sama Abraham. Secara hukum, Ishak dengan otomatisnya menjadi anak satu-satunya Abraham.

Bukankah Allah telah berfirman kepada Abraham: “Ambilah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi,… Allah tidak berfirman “Ambilah anak tunggal Hagar itu, yang kau kasihi,…” atau “Ambilah anakmu yang sulung itu, yang engkau kasihi,…” Dengan demikian, anak tunggal yang dimaksudkan Allah adalah anak Abraham yang telah dinubuatkan kelahirannya pada saat Abraham berumur 99 tahun yaitu setahun sebelum Ishak lahir. Allah berfirman kepada Abraham, “…… isterimu Sarahlah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai ia Ishak dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia sebagai perjanjian yang kekal untuk keturunannya.” (Kejadian 17: 19). Bukankan Allah menyatakan dirinya kepada Musa sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub!

Ismael dan Hagar telah diusir keluar, namun Ishak dan Sara tetap tinggal bersama-sama dengan Abraham. Ishak menjadi anak tunggal Abraham dan Sara. Ishak menjadi ahli waris tunggal. Ishak sang anak perjanjian kekal dan Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan anak tunggal yang dikasihinya, Ishak, di salah satu gunung di tanah Moria. Dimanakah Ismael? Ia tinggal di padang gurun Paran, tanah Arab, bersama ibu dan isterinya yang adalah seorang perempuan Mesir. Mengapa umat Muslim terlalu memaksakan kehendaknya terhadap firman Allah yang dengan terang-terangan telah menyatakan bahwa Ishaklah, anak tunggal yang akan disembelih oleh Abraham?


IV. ALKITAB ATAU ALQURAN?

Dibawah ini adalah terjemahan Alquran (QS 37: 100 – 113) yang mengisahkan peristiwa pengorbanan tersebut:

Penyembelihan Ismail
[Ayat 100] : Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh
[Ayat 101] : Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar
[Ayat 102] : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ia menjawab : “Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu ; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
[Ayat 103] : Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)
[Ayat 104] : Dan Kami panggillah dia : “Hai Ibrahim,
[Ayat 105]: sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[Ayat 106] : Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
[Ayat 107] : Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
[Ayat 108] : Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian
[Ayat 109] : (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim
[Ayat 110] : Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[Ayat 111] : Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”

Kabar gembira tentang kelahiran Ishak
[Ayat 112] : Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.
[Ayat 113] : Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat diatas, kata Ismael tidak ada disebutkan secara nyata pada peristiwa siapa yang akan disembelih Abraham. Namun, kebanyakan orang Muslim akan menjelaskan tafsir berdasarkan QS. 21: 85 yang menyatakan bahwa istilah “anak sabar” mengacu pada Ismael sedangkan istilah anak “anak saleh” mengacu pada Ishak. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah (pada ayat 100) Abraham meminta agar Tuhan menganugerahkan seorang anak yang termasuk orang-orang yang saleh tetapi mengapa Tuhan memberikan seorang anak yang amat sabar (pada ayat 101) ? Sedangkan pada ayat 112, barulah Tuhan memberikan kelahiran seorang anak yang saleh yaitu Ishak! Sangat jelas sekali ada kekeliruan! Apakah Tuhan versi Islam tidak dapat membedakan kata “anak yang saleh” dengan “anak yang sabar”? Bukankah umat Muslim setuju bahwa ‘anak yang sabar’ berarti Ismael sedangkan ‘anak yang saleh’ berarti Ishak?

[Ayat 102] : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ia menjawab : “Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu ; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”(cetak tebal ditambahkan)

Apabila kita renungkan ayat 102 diatas kita dapat mengetahui satu keganjilan yang mencolok. Abraham berkata bahwa ia melihat aksi penyembelihan dalam mimpi, tetapi anak yang sabar itu berkata agar bapanya itu melaksanakan perintah penyembelihan itu. Dalam ayat 102, tidak ada perkataan Tuhan semacam perintah untuk menyembelih, tetapi Abraham hanya melihat sebuah mimpi. Setelah Abraham melihat mimpi itu, ia lalu berkonsultasi atau meminta saran dari anak nya itu lalu ia menganjurkan agar bapanya melaukan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Selanjutnya. dalam ayat 105, Tuhan berkata kepada Abraham “sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”. Sebenarnya, bukan Abraham yang membenarkan mimpi itu, tetapi anaknya! Apabila Abraham memang yang membenarkan mimpi itu, seharusnya ia tidak berkonsultasi atau meminta pendapat anaknya tentang mimpinya itu. Bukankah itu merupakan sikap keragu-raguan yang terang-terangan. Dalam versi Alquran, tidak cocok rasanya apabila dikatakan bahwa iman Abraham diuji Tuhan.

Berdasarkan Alquran, umat Muslim akan berkata bahwa peristiwa penyembelihan terjadi sebelum kelahiran Ishak TETAPI Alkitab menyatakan bahwa peristiwa penyembelihan terjadi setelah kelahiran Ishak dan pengusiran Hagar dan Ismael. Namun kita akan menemukan tindakan umat Muslim yang sekali lagi memaksakan konsep Alquran ke dalam Alkitab mengenai siapa yang ingin disembelih Abraham di tanah Moria.

Dalam QS. 37: 100-113 tentang peristiwa siapa anak Abraham yang akan disembelih, Alquran tidak mencatat nama ibu dari Ismael dan Ishak, Alquran tidak memiliki istilah ‘anak tunggal’, Alquran tidak menyebutkan dengan jelas lokasi tempat penyembelihan itu, Alquran tidak dapat menunjukkan firman Allah yang memerintahkan Abraham untuk menyembelih anaknya itu dan yang jelas adalah Alquran tidak menyebutkan nama anak Abraham yang akan disembelih itu. Bukankah umat Muslim menganggap bahwa Alquran adalah kitab yang sempurna. Lalu mengapa kerancuan ini terlihat sangat mencolok?

Umat Muslim terlalu malu untuk mengakui hal tersebut, oleh sebab itu dengan tidak tahu malu mereka mencari referensi untuk membenarkan Ismael dengan mengacu pada Alkitab yang mereka anggap sebagai kitab palsu yang ayat-ayatnya sudah banyak diubah oleh orang Yahudi dan Kristen. Alkitab atau Alquran? Mari kita renungkan hal ini dengan seksama.

Berdasarkan Alkitab, Tanah Moria, di Yerusalem adalah lokasi dimana Bait Allah pertama dibangun oleh Salomo (2 Taw. 3:1) dimulai pada tahun 962 SM. Tanah Moria, di Yerusalem, sekitar tahun 30 M, Yesus Kristus, Anak Domba Allah, disiksa seperti layaknya anak domba yang dibawa ke pembantaian demi membayar dosa-dosa umat manusia.

Referensi: Tafsir Alkitab Masa Kini 1 (hal. 105-111), Kamus Alkitab W.R.F Browning. Alkitab LAI TB 1974


Terima kasih.

3 komentar:

  1. TERIMA KASIH BANYAK BUAT BRO FAJAR YEHUDA YANG SELALU MENYAJIKAN INFO INFO MENARI DAN INSPIRATIF DAN MEMBANGU! MAJU TERUS PAK FAJAR, DOAKU TUHAN SEMAKIN MEMBERKATI BAPAK SEHINGGA MENJADI BERKAT PULA MELALUI BLOGER INI! SAYA SENANG DENGAN BLOG INI KARENA BANYAK MEMPELUAS WAWASAN SAYA TENTANG SAUDARA SEPUPUH KITA! KEEP ON KEEPING ON ! GBU!

    BalasHapus
  2. sama-sama pak Lazarus.. tetap setia sampai akhir di dlam Kasih Yesus Kristus. Jesus Bless you... :)

    BalasHapus
  3. Khabar Tentang Kisah Penyembelihan di Makkah
    Selain semua hujjah di atas, masyarakat Makkah memang sangat mengenal kisah penyembelhan itu. Dan yang utama adalah kisah penggantungan tanduk kambing di Ka’bah. Dan itu menunjukkan bahwa anak Ibrahim yang disembelih adalah yang tinggal di Makkah.

    Sedangkan bila mau dikatakan bahwa yang disembelih adalah Ishaq, maka seharusnya tanduk kambing yang digantung itu bukan di Makkah tapi di Baitul Maqdis, Syam.

    Dengan demikian, memang kuatlah pendapat yang mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail dan bukan Ishak. Baik dengan dalil hadits yang matsur, keterangan tafsir antara satu ayat dengan ayat lain, kenyataan sejarah dan juga logika.

    Namun tidak salah juga untuk kita tahu apa hujjah/argumentasi mereka yang mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq.

    BalasHapus